Laman

Sabtu, 05 November 2011

DIA BUKAN MILIKKU


DIA BUKAN MILIKKU
By: Hye mi
“Apa itu benar Ke?” tanyaku.
“Yang sabar ya Ra,” jawab Wike  sahabatku sambil meletakkan tangannya di pundakku. Aku menepisnya dengan halus.
“Aku tidak apa-apa Ke. Jangan kuatir!. Aku pikir mereka benar-benar pasangan yang serasi” ujarku sambil  tersenyum.
Aku berusaha memberikan senyuman termanis yang aku miliki untuk meyakinkan Wike. Dalam hati aku berdo’a, semoga Wike tidak merasa senyumku ini dipaksakan.
***
Aku mulai merasakan ada kabut di mataku. Aku berusaha sekuat tenaga agar kabut itu tidak terjatuh. Aku tidak ingin Wike melihatnya. Aku harus lari. Ya, aku harus pergi dari hadapan Wike saat ini juga. Aku tidak ingin Wike tau bagaimana perasaanku saat ini.
“Ke, maafkan aku. Aku baru ingat sepertinya aku tidak bisa ke rumahmu sekarang. Ada hal penting yang mesti aku kerjakan. Aku harus pulang sekarang” ujarku dengan suara sedatar mungkin dan masih sambil tersenyum. Sekuat tenaga aku mencoba meredam gejolak perasaan ku saat ini. Aku tidak ingin tangisku tumpah di depan Wike.
“ Ya sudah. Bareng aja yuk!. Aku juga lagi bawa motor. Aku anterin kamu sampe rumah deh” ajak Wike.
“Nggak. Nggak usah Ke. Rumah kita kan berlawanan arah.” tolakku.
“Lagipula aku juga gak mau lansung pulang kok. Aku mau jalan-jalan dulu, selain itu aku juga mau cari bahan kue untuk membuat kue kesukaannya kak Maya”. Upss…,aku terkejut entah darimana aku dapat ide bohong itu. Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutku.
“Aku duluan Ke!”pamitku sambil masuk ke dalam angkot tanpa menghiraukan apa yang dikatakan Wike. Kulambaikan tanganku padanya.
Angkot melaju kencang meninggalkan sekolah dan juga Wike yang masih berdiri mematung menatap kepergianku. Mataku mulai memanas, sekuat tenaga aku tetap berusaha menahan tangisku yang sudah mau pecah. Aku tidak mau menangis di sini. Bisa-bisa aku disangka orang gila, jika aku menangis di sini.
***
Akhirnya sampai juga di depan rumah. Setelah angkot berhenti, aku buru-buru membayar ongkos dan segera berlari ke dalam rumah.
“ Semoga kak Maya gak ada di rumah” batinku setelah sampai di depan pintu. Ku pegang gagang pintu dan ku coba membukanya. Terkunci. Untunglah kak Maya gak ada di rumah. Lansung saja ku ambil kunci cadangan yang berada di bawah pot pohon kaktus yang berada tepat di samping kakiku. Kak Maya memang selalu meletakkan kunci rumah cadangan di sana.  Kak maya adalah seorang reporter stasiun televisi swasta yang cukup besar di Indonesia. Hampir setiap minggu kak Maya selalu pergi ke luar kota. Aku tinggal berdua dengan Kak Maya di rumah ini. Ke dua orang tua kami telah lama meninggal, saat itu aku kelas enam SD dan kak maya kelas tiga SMA.  Kami tidak mempunyai pembantu rumah tangga. Jadi jika kak Maya ke luar kota, aku tinggal sendirian. Terkadang aku memang merasa kesepian, tapi dalam keadaan saat ini aku malah bersyukur bisa sendirian.
***
Pintu terbuka, aku masuk ke dalam rumah dan setelah menguncinya kembali aku lansung menuju kamarku.
Ku lepaskan tasku begitu saja, dan tanpa ganti baju aku merebahkan tubuhku ke atas kasur. Ku pejamkan ke dua mataku.
Pikiran ku kembali melayang pada kejadian di sekolah tadi siang. Wike sahabatku, tak disangka membawa kabar yang sangat mengejutkan. Dia bilang, kak Rangga cowok yang selama satu semester ini aku sukai pacaran dengan Julia teman SMP ku dulu. Oh Tuhan, hatiku hancur mendengarnya.
Bayangan kak Rangga berkelebat dalam benakku.
Kak Rangga adalah mentorku saat MOS dulu. Aku mulai menyukainya saat hari pertama MOS. Di gugusku ada dua orang mentor, yaitu kak Rangga dan Kak Intan. Pertama kali aku melihat ‘tampang’ dan gaya kak Rangga yang cool abiz, jantungku berdetak tak karuan. Dan aku merasakan debaran-debaran aneh dalam dadaku. Aku menyukainya. Aku menyukai kak Rangga.
Jujur saja, saat Wike bilang kak Rangga pacaran dengan Julia aku merasa sakit. Sakit sekali.
Hatiku hancur.
Bayangan kak Rangga terus berkelebat dalam benakku.
Mengingatnya, mataku kian terasa memanas. Tangis yang sejak tadi ku tahan akhirnya pecah juga. Ku biarkan air mataku mengalir deras di pipiku sembari berharap air mata itu akan sedikit mengurangi rasa sakit hatiku. Namun aku salah, semakin deras air mataku semakin sakit pula hatiku. Dadaku sesak, aku seakan-akan tak bisa bernafas. Kupejamkan kedua mataku sambil berharap semoga Tuhan membawa rohku ke alam mimpi.
***
05 juli 2009, pukul 07.00 wib
Hari pertama MOS.
Aku deg-degan. Hari ini aku resmi menjadi murid SMA, aku merasa sangat gugup. Akan ada banyak teman-teman baru dan banyak orang-orang yang tidak aku kenal. Itulah yang membuat aku gugup.  Maklum saja aku ini orangnya pemalu, terutama jika berhadapan dengan orang yang belum aku kenal. Untung nya aku satu gugus dengan Wike, kalau tidak aku tidak tau apa yang akan ku lakukan. Ya Tuhan, semoga hari ini berjalan dengan lancar.
05 juli 2009, pukul 21.00 wib.
Malam ini langit sangat cerah. Ada banyak bintang yang berkelap kelip. Aku tidak pernah, melihat langit seindah ini.
Hmhh, hari ini aku senang bangeet. Tadi pagi aku ketemu pangeran yang ganteng abiz.  Pangerannya ya kakak mentor di gugusku itu, namanya kak Rangga. Tampang  dan gaya  kak Rangga cool abiz. Saat melihat wajah kak Rangga aku merasakan debaran-debaran aneh di dadaku. Aku fikir aku menyukainya.
Aku menyukai kak Rangga.
***
Aku menyukai kak Rangga. Bahkan aku pikir aku mencintainya. Ah, tapi apaan sih?. Cinta?. Aku masih kelas satu SMA.
Aku menyukai kak Rangga.  Tiga hari MOS adalah masa paling indah buatku. Melihat wajah kak Rangga, bertemu dengannya, dan mendengar suaranya.
Kak rangga adalah tipe cowok impian ku. Ia aktif dalam berbagai organisasi di sekolah. Ia juga sangat hebat main basket, ia kapten tim basket sekolahku. Benar-benar cowok impian ku.
Meski begitu, aku boleh dikatakan hampir tidak pernah berbicara dengannya. Hari yang paling indah buatku adalah hari terakhir MOS. Hari itu kami di tugaskan meminta tanda tangan senior sebanyak-banyaknya. Hal itu adalah kesempatan bagus bagiku untuk dapat berbicara dengan kak Rangga. Tapi, memang dasarnya aku pemalu aku masih diam di tempat duduk ku di saat teman-teman yang lain mengerubungi kak Rangga.  Aku baru maju saat Wike  memaksaku. Satu per satu  dari mereka yang mengerubungi kak Rangga mulai pergi hingga akhirnya hanya aku sendiri yang tinggal.
“ Kak!” panggil ku sambil menyerahkan  selembar kertas dan pena. Kak Rangga maklum, ia mengambil kertas yang aku sodorkan padanya dan menandatangganinya. “ Sudah?” tanya nya padaku sambil menyodorkan kertas yang ada tanda tangan nya padaku. Aku mengangguk pelan. Kak Rangga tersenyum. Ya Tuhan, senyum nya sungguh menawan. Hatiku berdebar tak karuan. ‘Semoga saja wajahku tidak memerah’ pintaku dalam hati.
Setelah kejadian itu aku makin menyukai kak Rangga. Dan diam-diam aku selalu memperhatikannya. Kak Rangga adalah cowok idaman ku. Aku menyukainya bahkan aku juga sangat mengaguminya.
Aku bertekad sejak hari itu, aku akan berubah. Ku ikuti semua organisasi yang ada di sekolahku. Aku mencoba aktif di dalamnya, dan aku juga berusaha mengurangi sifat pemaluku. Semua itu demi kak Rangga. Kak Rangga lah yang membuat aku berubah seperti ini, membuatku jadi orang yang lebih baik. Banyak teman-teman yang satu SMP denganku heran melihat perubahanku tapi aku tidak peduli. Ini semua karena aku menyukai kak Rangga.
Meskipun aku aktif di seluruh organisasi di sekolahku, tapi aku masih tetap tidak bisa bicara dengan kak Rangga. Aku sendiri bingung kenapa. Padahal seluruh organisasi yang kak Rangga ikuti aku juga ikut dan aku aktif di dalamnya. Kami sering bertemu, bahkan hampir setiap hari kami bertemu di kegiatan organisasi tapi kami tidakpernah bicara banyak.
Aku menyukai kak Rangga, meskipun kami jarang berbicara tapi aku masih tetap menyukainya.  Semakin sering kami bertemu rasa suka ku pada kak Rangga semakin bertambah. Tak bisa kupungkiri, kini dengan yakin aku katakan bahwa aku mencintainya. Aku mencintai kak Rangga.
***
Tak terasa satu semester telah berlalu, aku masih menyukai kak Ranga. Aku semakin yakin bahwa kini aku tidak hanya menyukainya tapi aku mencntainya. Kak Rangga adalah cinta pertamaku. Perasaan ku pada kak Rangga hingga saat ini hanya ada satu orang yang tau yaitu Wike.  Wike sahabatku sejak SMP jadi aku selalu curhat apapun pada nya termasuk perasaan ku pada kak Rangga.
Wike selalu mensupportku bahkan dia juga menyuruhku untuk mengatakan perasaan ku pada kak Rangga. Tentu saja waktu itu aku tolak, ‘aku kan cewek masak harus nembak duluan sih’ itu pikiran ku dulu.  Wike terus menyuruhku untuk mengatakan perasaanku pada nya dan dia bilang aku akan menyesal jika tidak mengatakannya. “Kak Rangga itu idola cewek-cewek Ra. Jadi jangan kaget kalo nanti kak Rangga itu pacaran dengan orang lain. Kalau kamu ga mau kehilangan dia kamu harus mengatakan perasaan mu padanya. Kalau tidak kamu akan menyesal bila nanti dia pacaran dengan cewek lain” Wike selalu mengatakan itu padaku. Tapi aku menolak nya mentah-mentah. “Aku sudah cukup bahagia bisa mencintainya Ke, bisa bertemu dengannya setiap hari di organisasi sudah lebih dari cukup buatku” alasanku pada suatu hari.
Aku tidak  berbohong dengan ucapanku waktu itu,tapi itu dulu sebelum aku tau kak Rangga jadian sama Julia.  Wike benar, sekarang aku sangat menyesal dan hatiku sakit saat mengetahui kak Rangga jadian sama Julia. Inilah akibatnya karena aku tak pernah jujur pada diriku sendiri.
Air mataku kian deras mengalir, aku baru tau patah hati itu ternyata memang sangat sakit sekali. “Aku menyesal Ke, aku gak pernah dengerin omongan kamu”  desahku diantara isak tangisku yang kian menjadi.
***
Azan subuh berkumandang, memaksaku untuk membuka mata. Bagaimanapun sakit nya hatiku saat ini aku tidak boleh meninggalkan kewajibanku pada Tuhan YME. Aku berwudu’, kemudian kutunaikan shalat subuh dua rakaat sambil memohon kepada Tuhan agar Ia memberiku jalan yang terbaik.
Setelah sholat aku merasa sedikit lega, hatiku menjadi lebih tenang meskipun masih ada nyeri di dalam hatiku.  Aku memang mencintai Kak Rangga tapi aku tidak boleh begini, aku harus menerima kenyataan bahwa kak Rangga (hatinya) sekarang sudah menjadi milik Julia.  Ku lipat mukenahku dan ku letakkan di tempatnya, kemudian aku berjalan menuju jendela dan membukanya agar udara pagi bisa masuk.
“Cinta tak harus memiliki Ra” suara kak Maya bagai bergema di dalam telingaku.  Aku masih ingat kak Maya mengatakan hal itu dulu saat aku bertanya alasan kak Maya tidak sedih saat orang yang ia cintai menikah dengan sahabatnya sendiri. “Cinta adalah saat engkau merasa bahagia ketika orang yang kau cintai bahagia, dan engkau akan turut sedih jika melihat ia berduka”suara kak Maya bergema lagi di telingaku. “Mungkin ini adalah harga yang harus kakak bayar karena kakak tidak pernah punya keberanian mengatakan perasaan kakak padanya.”
Sekarang aku mengalami hal yang persis sama seperti yang pernah kak Maya alami. Kak Maya benar cinta tak harus memiliki. Aku seharusnya bahagia melihat kak Rangga bahagia, meskipun ia tidak bersama denganku. Dan sekali lagi kak Maya benar ini adalah harga yang harus ku bayar karena aku tidak punya keberanian menyatakan perasaanku pada kak Rangga. Aku harus merelakan kak Rangga bersama Julia.
***
Tak terasa sudah hampir enam bulan aku berusaha melupakan kak Rangga. Aku juga berusaha meyakinkan Wike bahwa aku sudah melupakan nya. Tapi Wike tidak percaya, dia masih bersikukuh dengan pendiriannya bahwa aku masih mencintai kak Rangga. Dan dia benar. Meskipun aku sudah sekuat tenaga melupakan nya dan merelakan nya dengan Julia, tak bisa aku pungkiri bahwa aku masih mencintai nya.
Hari ini pengumuman kelulusan bagi anak kelas XII keluar. Dan seperti dugaan ku kak Rangga lulus dengan nilai tertinggi. Aku turut bahagia. Tapi  ada satu hal yang membuat ku sedih. Kak Rangga sudah lulus, itu berarti aku tidak akan melihat wajah kak Rangga lagi. Kak Rangga pacaran dengan Julia mungkin aku bisa  menerimanya karena aku masih bisa melihat wajah kak Rangga dan bertemu setiap hari dengan nya. Tapi, jika kak Rangga sudah tidak di sini lagi aku tidak tau apakah aku sanggup menerimanya atau tidak.
Wike bilang kak Rangga akan melanjutkan kuliah nya ke negeri Sakura. Oh Tuhan, aku tidak tau apakah aku masih bisa menjalani hidupku seperti biasa kalau tidak ada kak Rangga. Selama ini yang membuat aku bersemangat adalah kak Rangga. Di saat tugas sekolah menumpuk, kegiatan organisasi juga menumpuk membayangkan wajah kak Rangga saja bisa membuat aku bersemangat lagi dan mengerjakan tugas-tugas itu. Tapi sekarang kak Rangga akan pergi. Ia akan pergi jauh ke negeri Sakura, Jepang.
***
“Ra, Xera. Buka pintunya Ra.” Panggil wike sambil mengedor-gedor pintu rumahku.
“Iya bentar,” sahutku. Tak biasanya Wike datang ke rumahku dengan cara seperti itu. Pasti ada sesuatu yang sangat penting yang akan ia bicarakan.
“Ada apaan sih Ke?”  tanyaku.
“Kamu harus siap-siap sekarang Ra. Kita musti ke bandara” jawab Wike sambil mendorongku ke kamar.
“ Memangnya kenapa? Ada apa sih sebenarnya Ke?”  aku mendesak Wike.
“Kak Rangga,Ra. Kak Rangga. Ia akan berangkat ke Jepang hari ini. Ia pengen ketemu kamu Ra. Aku tau kamu masih menyukainya. Kamu harus cegah dia pergi Ra. Harus.” cerocos Wike.
Apa? Kak Rangga akan pergi ke Jepang sekarang?” tanyaku pada Wike. Aku tak bisa menyembunyikan  rasa kaget ku.  Tubuhku lansung lemas mendengarnya. ‘Oh Tuhan, setelah ini aku benar-benar tidak bisa bertemu kak Rangga lagi. Aku tidak bisa melihat wajah kak Rangga lagi, apa yang harus aku lakukan?’ batinku merintih.
“ Iya. Kamu harus mencegahnya Ra. Kalau kamu mau kamu bisa mencegah nya Ra.”
Tapi aku tidak mungkin mencegahnya. Aku bukan siapa-siapanya kak Rangga. Julia yang pacar kak Rangga. Harusnya dia yang mencegah kak Rangga pergi. Kalau dia saja tidak mencegah kak Rangga. Kenapa aku yang harus mencegahnya Ke?. Aku bukan siapa-siapanya.” ujarku.  Aku merasakan ada rasa nyeri yang sangat di ulu hatiku. Mataku memanas, ada kabut tebal di mataku dan aku tak ingin kabut itu jatuh.
 Apa kamu tidak ingin melihat kak Rangga untuk terakhir kalinya?. Kak Rangga ingin kamu datang sebelum ia pergi Ra.” Wike menatapku.
Benarkah?”tanyaku. Wike mengangguk. Tanpa banyak bicara lagi aku segera bersiap-siap.
Aku sampai di bandara lima belas menit sebelum pesawat kak Rangga berangkat. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling bandara mencari kak Rangga. Tapi aku tidak melihatnya, aku panik. Bagaimana kalau kak Rangga sudah pergi?.  Itu berarti aku tidak bisa melihat kak Rangga untuk yang terakhir kali. Tenggorokan ku kering. Sekuat tenaga aku berusaha memangil kak Rangga. “Kak Rangga!” panggilku. Oh, tuhan ku mohon biarkan aku melihat wajah kak Rangga, meskipun ini untuk yang terakhir kalinya.
“ Ra, untunglah kamu datang. Aku fikir kamu tidak akan datang.”  
Suara itu. Aku membalikkan tubuhku, dan “kak Rangga?” panggilku. Oh Tuhan, kak Rangga. “Terima kasih Tuhan telah kau izinkan aku melihatnya, meskipun ini untuk terakhir kali”batinku.
Ini untukmu!” ujar kak Rangga sambil memberikan ku sebuah syal yang sangat cantik sekali.
Anggap itu sebagai hadiah perpisahan.”  ujar kak Rangga lagi. Lidahku terasa kelu. Jadi kak Rangga benar-benar akan meninggalkan aku. “ Oh Tuhan..oh Tuhan…” batinku menjerit.
Kakak benar-benar akan pergi?”  susah payah akhirnya pertanyaan itu keluar juga. Kak Rangga mengangguk. “ Jika tak ada orang yang mencegahku, aku akan pergi” kudengar suara kak Rangga menjawab pertanyaanku. Ah, aku merasa tubuhku tiba-tiba lemas. “Kemana Julia?. Kenapa ia tidak mencegah  kak Rangga pergi. Jika aku jadi dia aku pasti akan mencegahnya. Tapi aku bukan siapa-siapa.” Aku memaki Julia di dalam hati.
“Oh..”  hanya suara itu yang keluar dari mulutku.
Tidak..tidak. Jangan pergi kak. Aku tidak mau kakak pergi. Jangan tinggalkan aku. Aku mencintai kakak. Aku mohon, jangan pergi kak!!” batinku menjerit-jerit tak karuan. Tapi…
Aku do’a kan semoga cita-cita kakak tercapai!” ujar ku sambil tersenyum. “tidak..tidak. Bukan itu yang ingin aku katakan.” Batinku kembali menjerit.
Terimakasih.” Kudengar suara kak Rangga, ada kesedihan dan kekecewaan dalam nada suaranya. Oh tuhan aku tak sanggup mendengarnya.
Selamat tinggal ya dek. Kakak pergi dulu” kak Rangga pamit. Aku mengangguk pelan. Aku membalikkan tubuhku. Aku tidak sangup melihat kak Rangga pergi. 
Tiba-tiba ada seseorang menarik lenganku. “Izinkan aku memelukmu untuk yang terakhir kali” kudengar suara kak Rangga. Ia memelukku seakan tak ingin melepaskan ku. “Aku menyayangimu dek..” lirih kudengar kak Rangga mengucapkan kalimat itu. “ Kak!.tolong jangan buat aku tidak rela melepas kepergianmu. Jangan buat aku tersiksa dengan sikapmu yang seperti ini kak. Aku mencintaimu. Aku tidak ingin kau pergi!.” batinku berteriak, tapi tak ada suara yang keluar.
Ini untukmu” ujar kak Rangga. Ia melepaskan pelukan nya dan memberiku sebuah amplop berwarna merah jambu. Ia berlalu pergi. Aku terus menatapnya, dan kemudian ia berbalik. “Selamat tinggal dek” ujarnya. Aku melihatnya. Ia melambaikan tangan padaku dan tersenyum manis sekali. Oh Tuhan separuh jiwaku seakan terbang bersama kepergiannya.
Air mata ku menetes. “Akhirnya dia pergi!” ujar ku lirih. Ku tatap amplop merah jambu yang masih ada di tangan ku. Penasaran aku membuka amplop  tersebut.
Apa ini?” tanya ku pada diriku sendiri. Amplop itu berisi foto ku saat masih berpakaian SMP sedang membaca buku. Di lihat dari latarnya foto itu pasti di ambil di perpustakaan.
Dan seingatku….
Ya Tuhan, kenapa selama ini aku tidak sadar. Kak Rangga. Rangga aditya dia…
Aku berlari mengejar kak Rangga “Jangan pergi kak! Kumohon jangan pergi!” teriak ku. Namun terlambat kak Rangga sudah pergi. Ku tatap foto itu lekat-lekat, ku perhatikan seluruh bagian nya dari depan sampai ke belakang. Mataku menangkap sesuatu yang aneh di belakang foto tersebut.
“Cinta pertamaku, Xera” aku membaca tulisan itu dengan hati kacau. Ku dekap erat-erat foto itu. Air mata ku menetes semakin menjadi. “ Jadi selama ini..” aku tak bisa berkata lagi. Lidahku terasa kelu.
Tiba-tiba hp ku berbunyi, ada sms masuk. Dari Julia: “ Kak Rangga itu, kakak kandung ku…”.
Lutut ku terasa lemas, aku terduduk dan menangis sejadi-jadinya. Dan tiba-tiba semua menjadi gelap.
Payakumbuh, 16 November 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar