Laman

Sabtu, 05 November 2011

Cinta mu Bukan Untuk ku


Cinta mu Bukan Untuk ku…
                                    By: Hye mi
Aku tersenyum.
Setiap melihatmu aku selalu tersenyum. Kamu bagai magnet yang selalu menarik diriku untuk tersenyum.
Setiap hari yang ada dalam ingatan ku hanya kamu. Kamu selalu mengikuti kemana aku pergi. Kamu telah bersemayam di hatiku.
Aku tersenyum dan terus tersenyum. Aku tersenyum tidak hanya dengan bibirku tapi juga dengan hatiku. Melihat wajah mu membuat hatiku bahagia. Aku senang, makanya aku selalu tersenyum.
Ah, Rangga.
Wajahmu terlalu sempurna untuk seorang manusia. Aku yakin jika kau menjadi seorang artis maka namamu akan melejit bagai roket. Kau akan jadi idola untuk semua orang. Dan aku juga yakin kau pasti akan mengalahkan artis-artis yang lain.
Rangga membayangkan mu membuat hatiku bedebar tak karuan. Ada rasa aneh yang selalu meresap ke dalam sukmaku.
Rangga wajahmu yang selalu tersenyum itu bagaikan magnet yang menarik bibirku untuk tersenyum juga. Kau hadir memberi warna baru dalam hidup ku, Kau mengubah diriku, dan juga hidupku. Kau membuat aku,gadis yang tak bersenyum ini selalu tersenyum bila di dekatmu.
Rangga tau kah kau?
Aku mencintaimu.
Aku mencintaimu Rangga.
***
Tentang Rangga.
Rangga, dia adalah sahabatku.
Memang kami belum lama ini bersahabat. Baru sekitar satu bulanan lah. Tapi waktu yang satu bulan itu telah mampu membuat perasaanku padanya berubah. Aku mencintainya.
Namanya Rangga.
Senin, selesai upacara bendera.
Pagi itu, semua murid di kelasku sibuk dengan kegiatannya seperti biasa. Dan seperti biasa juga mereka selalu berisik. Aku sangat tidak suka dengan keadaan seperti ini. Aku selalu berharap semoga Bu Lastri wali kelasku cepat-cepat masuk.
Hari ini, Gak seperti biasanya Bu Lastri belum nongol-nongol juga. Padahal biasanya lima menit setelah aku harap-harap cemas Bu Lastri akan masuk dan menghentikan semua kekacauan ini. Apa hari ini Bu Lastri gak masuk ya?. Aku harap-harap cemas. Kalau Bu Lastri gak masuk itu berarti kelasku akan ribut seperti ini selama dua jam pelajaran. Ah tidak… aku tidak mau.
Lima menit setelah penantianku yang dag dig dug akhirnya Bu Lastri nongol juga. Tapi tunggu dulu, Bu Lastri gak datang sendirian. Dia bersama seorang cowok yang umurnya kira-kira sebaya denganku dan memakai seragam sekolah yang sama dengan yang aku pakai. ‘Apa dia murid baru ya?’ tanyaku dalam hati.
“ Anak-anak. Hari ini kelas kalian akan dapat teman baru.” Bu Lastri wali kelas XI.IA I memulai pembicaraan.
“Ternyata benar dia murid baru” bisik ku dalam hati. Bu Lastri mempersilahkan murid baru itu untuk memperkenalkan dirinya. Aku mengamati murid baru itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. ‘tampang nya lumayan juga’ pikir ku dalam hati. Bohong. Sebenarnya wajah nya itu terlalu sempurna untuk seorang manusia. Percaya atau nggak aku lansung suka saat pertama kali melihat nya.
“ Nah Rangga, kamu duduk di sebelah Xera ya,” Bu Lastri menunjuk kursi kosong di sebelahku. ‘What?’ pekik ku dalam hati. ‘Jadi cowok ganteng itu akan duduk di sebelahku?’. Ah yang benar saja, seneng juga sih ada cowok ganteng yang duduk di sebelahku. Tapi, aku gak mau berbagi ruang dengan dia. Apalagi keliatan nya cowok itu tukang ribut, liat aja dia sedang jalan menuju tempat duduk aja udah tebar pesona segala.
“ Excuse me!”  aku mendengar suara cowok itu, sepertinya dia minta izin untuk duduk. Aku diam saja. Karena melihat aku diam,  dia lansung duduk.
“ Nama gue Rangga,” cowok itu memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangan nya.
“ Xera.” jawab ku singkat tanpa mempedulikan uluran tangannya. Aku sendiri bingung kenapa sikapku begitu sewot terhadapnya.
“ Kalau lo ga suka gue duduk di sini, nanti gue bakal pindah kok” ujar nya melihat sikap ku yang dingin.
“ Up to you” jawabku sambil mengeluarkan buku Biologi. Biologi adalah pelajaran favoritku. Dari sudut mataku aku melihat cowok yang bernama Rangga itu diam saja. Mungkin ia malas berbicara dengan cewek yang super sewot  kayak aku. Tapi ya, sudahlah.
Pelajaran biologi berakhir berganti dengan pelajaran fisika. Pelajaran yang paling aku benci.
“ Fisika lagi..fisika lagi. Kenapa sih harus ada pelajaran yang bernama fisika di dunia ini.” Gerutuku. Ops…aku lupa kalo sekarang aku nggak duduk sendirian lagi.
Ku lihat cowok itu tersenyum. Ya ampun senyum nya cool abiz. Tapi tunggu…jangan-jangan dia senyum ngeremehin aku lagi.
“ Apa lo senyum-senyum!”semprot ku.
Dia diam. Bu ‘ndut’ panggilan yang gue kasih buat guru fisika gue karena tubuhnya yang gendut banget tau-tau udah ada di depan kelas.
“Busyet dah. Cepet banget nih guru masuk nya” gerutu ku. Dan lagi ku lihat cowok yang bernama Rangga itu tersenyum. Oh Tuhan…kenapa dengan hatiku. Hatiku berdebar-debar gak jelas.
Seperti biasa bu ‘ndut’ menerangkan pelajaran. Dan seperti biasa pula aku tidak memperhatikannya. Waktu berlalu. Aku terus menatap jam dinding yang ada di kelasku sambil berharap jam itu bisa berputar lebih cepat, sehingga mata pelajaran fisika ini cepat-cepat habis. Aku benci fisika.
Tet… harapanku terkabul. Bel istirahat berbunyi.
“ Nah anak-anak hari ini sampai di sini dulu. Ingat! Besok kita ulangan.” kata Bu ‘Ndut’ membuat ke dua mataku terbelalak saking kagetnya. “ Apa?” aku tak bisa menyembunyikan ekspresi kekagetan ku. Hah tamatlah riwayatku.
Ku lirik cowok yang duduk di sebelahku ini. Dia sedang tertawa. Ah…bisa-bisanya dia tertawa seperti itu, gak tau apa aku lagi stress banget. “ Heh ngapain lo ketawa. Ngetawain gue?” bentak ku. Ia tak menjawab hanya mengangkat ke dua bahunya. Grh…benar-benar buat emosi ku memuncak. Maklum lah kalo lagi stress begini emosi ku memang suka meledak-ledak. “ Heh lo bukan nya mau pindah.? Gih sana pergi hush hush….” Ujarku sambil mengibas-ngibaskan tangan ku bak lagi mengusir anak ayam.
Ku lihat ekspresinya. Ia tampak tenang seakan tak terpengaruh dengan ucapanku. “ Iya gue emang niat pindah kok. Tapi lo tau sendiri kan gak ada lagi kursi yang kosong” jawabnya. Ku edarkan pandangan ku keseluruh penjuru kelas. Ah..dia benar. Gak ada lagi kursi kosong.
Besok nya…
Teet…jam 07. 30
Ah sial…hari ini aku terlambat. Mana jam pertama fisika lagi. Benar-benar tamat riwayatku. Aku berlari dengan tergesa-gesa menuju kelasku setelah sebelumnya memohon-mohon sama pak Kardi penjaga sekolahku agar di izinkan masuk.
Fyuh…aku bernafas lega. Untunglah bu ‘Ndut’ belum datang. Segera aku menuju tempat duduk ku, dan baru saja aku duduk wajah bu ‘Ndut’udah nongol di depan kelas.
“ Anak-anak silahkan ke luarkan  kertas nya.” ujar bu ‘Ndut’ seperti biasa. Zacky, sang ketua kelas mulai membagikan foto copy soal.
Ku baca dengan seksama lembaran foto copy soal yang kini sudah ada di atas meja ku.
Argh… baru soal pertama udah bikin kepala ku ‘mumet’ mau pecah. Ku tatap lembaran soal yang ada di depan ku itu, tulisan nya menari-nari di mataku membuat kepala ku pusing. Ah.. bagaimana ini tak ada satu soal pun yang berhasil aku jawab. Diam-diam ku lirik cowok yang duduk di sebelahku. Tampak nya dia tenang-tenang saja.’ Hebat juga nih anak” pikir ku. Sebagian hatiku menyuruh ku minta contekan pada nya. Tapi ah…gengsi donk. Rasa gengsi ku membuat ku urung minta contekan padanya.
Teet… jam pelajaran pertama berakhir. Itu artinya tinggal satu jam pelajaran lagi untuk ngejawab semua soal-soal ini. Kutatap lembaran jawaban ku. Kosong, dari sepuluh soal yang ada aku tidak bisa menjawab satu soal pun. Bagaimana ini…, kepalaku berdenyut-denyut pusing.
“ Nih..cepat salin” tiba-tiba seseorang menyodorkan lembar jawaban nya pada ku. Rangga?. Tanpa buang waktu lagi lansung saja ku salin jawaban nya. Tapi gak semuanya sih, karena bu ‘ndut’ bisa curiga nanti.
Jam pelajaran fisika berakhir. Aku menarik nafas lega, akhirnya selamat juga dari ujian ini. Ku lirik cowok yang duduk di sebelahku. “ Makasih ya,” ujar ku. Dia mengangguk hari ini dia benar-benar telah menyelamatkan ku. Aku berhutang budi pada nya.
Sejak saat itu aku mulai mencoba akrab dengan nya, ternyata anak nya asik banget. Selain ganteng, pintar, dia itu selalu saja tersenyum. Anak nya juga narsis abiz, jadi setiap di dekat nya mau gak mau akhirnya aku ketularan hobinya yang selalu suka senyum.
Hari demi hari kami kian akrab, di mana ada dia selalu ada aku begitu pun sebalik nya. Sampaisampai beredar gossip kalo kami berdua pacaran.
“ Gak usah terlalu di fikirkan. Lagi pula gossip itu gak bener kan.” komentarnya saat aku tanya mengenai gossip kami pacaran itu.
Ah..ada yang sakit di dalam hatiku saat ia berbicara seperti itu.
Apa dia tidak tau, jauh di lubuk hatiku aku mengharapkan gossip itu menjadi kenyataan.
***
Rangga….
Tatapan mu, gaya mu berbicara, dan sikapmu kepadaku membuat ku merasa istimewa.
Aku merasa ada yang berbeda dari sikap mu kepada ku. Entah apa itu nama nya.
Aku takut menebak.
Aku takut kecewa.
Tapi… aku juga tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa terkadang aku berfikir bahwa sebenarnya kamu menyukai ku.
Ah…
Mungkin aku yang ke ge-eran sendiri. Tapi aku juga tidak bisa memastikan nya, memastikan perasaan mu pada ku. Aku takut kalau ternyata apa yang aku pikir selama ini salah.
Aku takut terluka
Mungkin ini sudah jalanku, hanya bisa mencintaimu dengan diam-diam. Tapi bagaimana pun, saat ini aku juga sudah merasa senang. Aku bisa selalu bersama-sama dengan mu meskipun hanya dengan status ‘sahabat’ mu.
Meskipun sejujurnya aku menginginkan status ‘lebih dari sahabat’ bagimu, tapi dengan sekarang pun aku sudah bahagia. Dan sumpah aku gak mau kehilangan kamu.
Aku akan menyimpan perasaan ku ini untuk  diri ku sendiri, aku gak mau merusak persahabatan kita hanya karena perasaan ku ini.
***
Dunia seakan runtuh…
“Hai Xer…” seseorang menepuk punggungku dan aku kenal suara itu.
“Rangga?. Loe  ngapain di sini? Ini…” aku menunjuk cewek yang ada di sebelah nya.
“Oh dia. Dia pacar gue. Kenalin…” Rangga menyuruh cewek itu memperkenalkan dirinya
“ Nanda…” ujarnya sambil mengulurkan tangan.
“Xera…”. Aku membalas uluran tangan nya. Hati ku getar-getir gak karuan.
“ Oh Tuhan…ternyata Rangga ku sudah punya pacar. Dan cewek yang ada di depanku sekarang pacarnya. Oh Tuhan…” hatiku merintih.
“Ya udah gue balik dulu ya. Lagi buru-buru soalnya.” Pamit ku.
“ Nggak bareng?. Bentar lagi kami juga mo balik” tawar Rangga.
“Bareng kepala lo peyang?. Ngeliat kalian bermesra-mesraan githu?. Makasih deh.” batin ku.
“gak usah. Ntar gue ganggu lagi. Bye Rangga. Bye Nanda.” Aku buru-buru cabut dari hadapan mereka.
Mataku terasa kian memanas. Oh Tuhan, kenapa aku jadi seperti ini?.
Kaki ku terus melangkah dan bahkan kini kaki ku mulai berlari. Tapi aku tidak mau kemana. Aku hanya mengikuti kemana kaki ku akan membawaku pergi.
Oh Rangga.Ternyata dia sudah punya pacar. Cintaku bertepuk sebelah tangan. Ah Rangga. kenapa sih kamu gak bilang dari dulu? Kenapa sih kamu gak pernah cerita sama aku. Kalo kamu cerita pasti perasaan ku tidak akan jadi seperti ini. Aku tidak akan pernah menyukaimu, gak akan pernah. Rangga taukah kau? Kini aku merasa terluka.
Air mataku menitik jatuh. Kaki ku semakin cepat berlari, ingin rasanya aku menghilang saja dari dunia ini. Bodoh nya aku bisa mencintai dia. Bodoh.
Rangga…
Lalu apa arti tatapan mu selama ini kepadaku?
Apa? Apa memang selama ini hanya aku yang keg e-eran menyangka kamu menyukai ku?.
Oh Tuhan… betapa bodoh nya aku.

Rangga, aku mencintai nya. Dia cinta pertama ku. Tapi kenapa cinta ku harus bertepuk sebelah tangan?. Kenapa kisah cinta ku harus seperti ini.  Apakah aku memang tidak layak untuk dicintai? Apa aku tak berhak untuk mencintai?. Tuhan..apa salahku pada Mu?.
Kaki ku berhenti. Mata ku terasa berkunang-kunang. Semua terasa berputar putar di kepala ku. Dan tiba-tiba semua menjadi gelap.
Tik..tik..tik…
Aku merasakan tetes-tetes air membasahi wajahku. Aku bangun. Entah sudah berapa lama aku pingsan tak sadarkan diri. Dan sekarang aku ada dimana?. Kutatap sekelilingku.
Taman kota.
Dulu aku dan Rangga  sering sekali menghabiskan waktu bersama di sini. Makan bareng, ketawa bareng, kejar-kejaran bareng dan…
Aku kembali mengingat kenangan ku bersama Rangga. Masa-masa yang indah.
Hujan terus turun mengguyur bumi. Aku biarkan tubuhku disiram olehnya. Aku berdiri, kemudian duduk di sebuah bangku panjang yang ada di taman kota ini. Dulu aku dan Rangga juga sering duduk-duduk di sini. Kulihat sekelilingku. Sepi. Taman kota ini memang jarang ada penggunjungnya saat hari-hari sekolah begini. Paling hanya ada satu atau dua orang. Lagipula sekarang juga sudah sore, aku tidak menemukan seorang pun selain aku disini.
Hujan terus mengguyur, dan ia bertambah deras dan semakin deras. Aku tetap diam. Air mataku mengalir, dan aku tidak bisa membedakan antara air mata ku dan air hujan. Hari semakin malam, tapi aku tetap diam. Hujan masih terus mengguyur tapi aku masih tidak ingin pergi dari tempat ini.  Luka di hatiku terasa sangat dalam dan menyakitkan.
Oh Rangga…apa kau tidak tau hati ku sakit saat kau mengenalkan cewek itu dan bilang dia pacarmu?
Aku sakit Rangga. aku sakit.
Aku terluka.
Hujan masih terus mengguyur bumi dengan deras, dan aku masih tidak ingin beranjak dari tempat ini. Tapi sepertinya  tubuhku sudah tidak bisa bertahan lagi. Mataku berkunang-kunang. Dan semua kembali menjadi gelap.
***
“Bangun sayang. Sudah pagi.” kudengar suara lembut mama membangunkan ku.
“ Loh kok Xera ada di sini ma?” tanya ku kebingungan.seingatku aku terus duduk di taman kota kemarin.
“Rangga yang anter kamu”
“Rangga?” aku heran kok dia bisa tau.
“Kemaren pas mama pulang kamu belum pulang juga ke rumah. Kakak kamu jadi kuatir. Udah jam delapan malam kamu belum pulang-pulang juga akhirnya kakak kamu nelpon Rangga. Minta dia buat bantuin nyari kamu. Sebenernya kamu kemaren kemana sih?” tanya mama. Kasihan mama pasti dia kuatir banget sama aku. Kak Ayu juga pasti dia cemas banget.
“Nggak kemana-mana kok ma. Kemaren Xera cuma  iseng aja pergi ke taman. Gak tau nya Xera pingsan deh di sana. Mungkin karena belum makan.” jawab ku bohong. Gak mungkin aku nyeritain yang sebenarnya sama mama.
 “Ya udah ma. Xera mandi dulu.” Ujar ku sambil masuk ke kamar mandi. Males banget ditanya macam-macam sama mama.
Setelah mandi aku bergegas memakai seragam sekolah dan pamit sama mama.
“ Kamu bener mau sekolah?” tanya mama. Pasti dia masih kuatir dengan ku.
“ Iya ma. Xera pergi dulu.”pamitku.
“Gak sarapan?”
 “ Disekolah ntar ma. Bye.” Aku mencium tangan mama dan pergi ke sekolah. Dari kejauhan aku masih sempat mendengar mama menyuruhku agar jangan lupa makan.
“Hmh..” aku mendesah. Hatiku benar-benar berat untuk pergi sekolah. Aku malas bertemu Rangga dan apa yang harus aku bilang sama dia nanti. Aku bingung.
Sesampai di sekolah bel masuk berbunyi. Untung tidak terlambat. Aku bergegas masuk kelas. Kukuatkan hatiku untuk bertemu Rangga.
Sesampai di kelas aku tidak melihat Rangga. “Mungkin ia terlambat” pikir ku. Tapi sampai bel pulang pun aku tidak juga melihatnya. Apa dia gak masuk hari ini?.
“San lo tau Rangga kemana nggak?” tanya ku pada Santi.
Udah gak ada Ra. Rangga udah pindah. Dia nitip surat ini buat lo”Santi memberikan ku sebuah surat.
“Apa?Jadi Rangga udah pindah. Kenapa dia gak ngasih tau gue ya?”tanyaku. Santi mengangkat bahu.
“Gue duluan ya Ra. Bye”
“Bye”
Aku lansung menelpon Rangga setelah Santi berlalu dari hadapanku.
“ Ah..mailbox lagi.” Gerutuku.
Aku gak habis pikir kenapa Rangga tiba-tiba ngelakuin semua ini. Dia gak pernah cerita dia bakal pindah. Sekarang handphone nya gak bisa dihubungi lagi. Kenapa sih dia?.
Kucoba berkali-kali menelpon Rangga tapi hasilnya tetap nihil. Rangga gak bisa di hubungi.
“Ah Rangga. kenapa sih kamu ngelakuin ini sama aku.”
Rangga. Orang yang aku sayang, orang yang aku suka kemaren udah nyakitin hati aku. Dia udah buat aku terluka. Sekarang dia menghilang bagai ditelan bumi.
Rangga apa sih maksud kamu. Aku bingung.
“Surat. Iya surat. Mungkin saja aku bisa tau keberadaan Rangga dari surat ini.”
***
Surat dari Rangga.
Dear Xera,
Maaf karena aku gak ngasih tau kamu tentang kepindahan ku ini. Sekali lagi maaf.
Ra,, aku tau kamu pasti sangat sedih kemaren. Tapi aku gak pengen ngeliat kamu ngelakuin hal bodoh kayak yang kemaren itu lagi.
Aku tau kamu suka kan sama aku?, karena itu kamu sakit hati saat aku ngenalin pacar aku sama kamu sampai-sampai kamu nyakitin diri kamu dengan hujan-hujanan kayak gitu.
Ra, jujur dari hati ku aku sebenarnya juga suka sama kamu dan aku senang saat aku tau kamu juga punya perasaan yang sama padaku.
Tapi…aku gak bisa menyukai kamu Ra. Aku gak bisa.
Karena aku sudah punya orang lain.  Maafkan aku Ra.
Aku sangat mencintai Nanda. Aku gak mau kehilangan dia. Aku harap kamu ngerti Ra. Sekali lagi maafkan aku.
Semoga kamu nemuin orang yang benar-benar mencintai kamu suatu saat nanti.
Salam Hangat,
Rangga
Air mataku meleleh. Kupandangi surat Rangga lekat-lekat. Rasa sakit yang ada di hatiku kian menjadi. Aku benar-benar terluka. Aku tidak menyangka Rangga tega melakukan semua ini padaku.
Langit seolah runtuh, mataku berkunang-kunang. Semua kenangan antara aku dan Rangga berkelebat di benak ku. Dan tiba-tiba semua menjadi gelap.
Payakumbuh, 16 Desember 2010











Tidak ada komentar:

Posting Komentar