Laman

Sabtu, 05 November 2011

Ada Cinta

Ada Cinta
By: Hye mi
Deg…deg…deg
Jantungku berdetak tak karuan. Ada getar halus yang menyusup ke dalam dadaku.
Wajahnya…
Melihat dia aku begitu terpesona.
“Oh Tuhan.Apakah manusia yang ada di depanku ini adalah malaikat?”
Wajah itu tersenyum. Ya, dia tersenyum padaku.
Deg…deg…deg
Jantungku kembali berdetak tak karuan. Getar-getar halus itu semakin kuat kurasa.
“Oh Tuhan…ada apa dengan diriku?”
Wajah itu…dia..dia berjalan ke arahku.
“Oh Tuhan dia kesini..” hatiku menjerit. Jantungku serasa mau copot. Ku hembuskan nafas perlahan.
Gugup.
Dia semakin dekat denganku. Apa yang harus kulakukan?
“ Permisi..ruang kepala sekolah ada dimana ya?”
Oh Tuhan…mimpi apa aku semalam? Sampai-sampai cowok berwajah malaikat ini sekarang ada di depanku, dan berbicara padaku.
“ Permisi…ruang kepala sekolah ada dimana ya?”
“Oh..hm maaf?” aku gelagapan. Aku tidak tau cowok itu barusan tanya apa. Dia tersenyum.
Deg…
Jantungku kembali berdegup lebih kuat.
Oh Tuhan…senyum siapakah yang seindah itu?. Senyumnya benar-benar indah.
“ Kamu ngelamun ya?” tanya nya.
“ hm…” aku tersenyum kecut. Ketahuan deh!
“ Maaf …kamu barusan tanya apa?”
Dia tersenyum lagi.
Oh please..jangan senyum. Jangan senyum lagi. Jantungku udah gak kuat.
“ Barusan aku tanya, ruang kepala sekolahnya ada dimana?”dia mengulangi pertanyaannya.
“ Oh itu… Kamu anak baru ya?” jawabku balas bertanya.
Dia mengangguk.
“ Ya udah. Yuk ikut aku!” reflek aku menarik tangan nya.
“ Ops maaf..” ujarku. Buru-buru aku melepaskan tangan nya. Dia tersenyum.
“ Aduh..malu banget sich. Lagian ngapain juga ni tangan pake reflek segala narik-narik dia. Emangnya dia siapa? Aku juga gak kenal dia siapa. Lagi pula sejak kapan aku  jadi sok akrab sama orang yang gak aku kenal, cowok pula. Aduh cha…Acha sadar!!! Dia itu cowok! Kenapa kamu yang selama ini anti-cowok bisa-bisanya akrab sama dia, cowok yang belum kamu kenal. Ayolah Acha kamu harus sadar sekarang!!” aku memaki diriku sendiri dalam hati.
“ Ya udah yuk..”ajakku.
Aku buru buru mendahului langkahnya.
Sumpah deh! Malu banget. Gak tau deh sekarang muka ku ini mau di tarok dimana.
“ Hei..jangan terlalu cepat donk jalannya” kata cowok itu sambil menarik tanganku.
Aku berhenti. Perasaan ku tak menentu.
Dia mensejajari langkahku.
“ Yuk..” katanya sambil menarik tangan ku. Oh Tuhan…kalau seperti ini caranya jantungku bener-bener gak kuat. Aku bisa mati berdiri nih.
“ Oh ya…” dia berhenti.
“ Jalannya lewat mana?” tanya nya.
“ hmph…. Ha..ha…ha….” aku tidak bisa menahan tawa ku. Ups… sejak kapan ya terakhir kali aku tertawa lepas seperti ini.
“ Makanya kalau gak tau jalan jangan asal narik aja.” Ujarku
Dia tersenyum malu.
“Ya udah nih…” ujarnya sambil menyodorkan tangan nya ke arahku. Aku menatapnya heran.
“ Karena aku gak tau jalan nya kamu aja yang narik aku” ujarnya
Gila! Aneh banget nih cowok.
“ Hi…ogah deh!!” ujarku sambil memasang ekspresi jijik.
Aku kembali berjalan. Kali ini dia mensejajari langkahku tanpa banyak bicara. Dari sudut mataku, diam diam aku mengamatinya. “ Ya Tuhan…wajah itu benar-benar tampan. Dia benar-benar seperti seorang malaikat.” Aku terus memujinya dalam hati.
“ Nih ruangan kepala sekolahnya…” ujarku begitu sampai di depan ruangan pak kepsek.
“ Gak ikut masuk?” tanya nya.
“ Buat apa? Ogah deh…” ujarku sambil buru-buru ngacir dari hadapan nya.
“ Wajah sih boleh kayak malaikat. Tapi kok kayak orang bloon gitu ya?” aku bertanya tanya sendiri.
***
“ Cie… jadi ceritanya udah mau mulai  ngebuka hati nih?” si gendut Dini menghadangku saat hendak masuk ke dalam kelas.
“ Wah bagus tuh, ya nggak Din?. Jadi teman kita yang cantik ini akhirnya kembali seperti dulu lagi..” kali ini si kutilang(kurus, tinggi, lansing) Sita yang bicara.
“ Maksudnya?” aku menatap keduanya dengan alis terangkat.
“ Udah gak perlu bohong deh sama kami. Kami udah liat kok kejadian barusan” ujar Dini sambil menarik-narik tangan Sita. Ia tersenyum nakal.
Oh…jadi maksudnya kejadian barusan itu…, otak ku kemabli mereplay kejadian yang aku alami sebentar ini. “ Jadi mereka pikir aku dan anak baru itu…” aku mulai mengerti pembicaraan mereka.
“ Tapi gimanapun lo harus ngenalin dia sama kita, ya nggak Din?”
“ Udah..jangan salah paham. Gue nggak kenal sama dia. Dia tu anak baru jadi dia minta gue buat nganter dia ke ruangannya pak kepsek. Jadi jangan su’uzon aja…” aku berusaha menjelaskan.
“ Masak sih?” tanya Dini. Mereka menatapku dengan pandangan penuh selidik. Rupanya mereka tidak percaya dengan apa yang aku katakan.
Aku mengangkat bahu.
Teet… bel berbunyi aku segera masuk ke dalam kelas di ikuti oleh kedua temanku yang ternyata sangat penasaran dengan anak baru itu.
***
“ Selamat pagi anak-anak..!”
Itu suara bu Lastri wali kelas kami yang juga merangkap sebagai guru bologi.
“ Pagi buk…” jawab kami serempak. Aku menutup buku yang sedari tadi aku baca dan mengalihkan pandanganku ke arah bu Lastri. Ternyata pagi itu bu Lastri tidak masuk sendirian, dia masuk bersama….
“ Dia?” aku menatap lekat-lekat wajah orang yang berada di samping bu Lastri. Benar, cowok itu adalah cowok yang sama dengan cowok yang aku temui tadi pagi.
“ Baiklah anak-anak, hari ini kalian akan mendapatkan teman baru. Nama nya Rangga. baiklah silahkan perkenalkan dirimu.” Bu Lastri menyuruh anak baru itu memperkenalkan dirinya.
Dia tersenyum. Jantungku berdebar-debar tak karuan. Sayup-sayup kudengar ada yang berbicara, “ Eh lihat,, anak baru itu ganteng juga ya! Lihat senyumnya kayak nya boleh juga tuh..”. itu pasti suara Rasty and the genk.
“ Selamat pagi…” ku dengar cowok yang bernama Rangga itu mulai berbicara. Aku kembali memusatkan perhatian ke cowok itu dan mengacuhkan Rasty and te gank yang masih berbisik-bisik.
“ Kenalkan nama saya Airlangga. Tapi saya biasa di panggil Rangga. mohon bantuan nya.” Dia tersenyum.
Hanya itu. Perkenalan yang cukup singkat, padat, dan tidak bertele-tele.
“ Baiklah Rangga, kamu silahkan duduk di….” Bu Lastri mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas.
“ di sebelah Acha”. Bu Lastri menunjuk kursi kosong di sebelah tempat duduk ku.
“ Ehm.ehm…” Dini dan Sita ber ehm-an gak jelas. Sementara jantungku sudah dag dig dug tidak karuan.
Rangga cowok itu berjalan ke tempat duduk ku, maksudku ke tempat duduknya yang berada di sebelah tempat duduk ku. Kemudian dia duduk, dia melihat ke arahku dan tersenyum. Oh God… senyumnya itu sungguh membuat perasaan ku tak karuan.
Tak berapa lama kemudian, bu Lastri menerangkan pelajaran biologi seperti biasanya namun hatiku masih tidak tenang. Beberapa kali aku memergoki Rangga tengah melihatku, namun ia segera membuang pandangan nya. Oh Tuhan, kalau seperti ini aku bisa jadi gila.
***
Tentang Rangga
(Buku Harian Acha)
Rangga…
Begitu nama cowok manis berwajah malaikat yang menjadi teman sebangku ku itu. Dia benar-benar seorang cowok yang berwajah malaikat. Dan senyumnya itu selalu berhasil membuat hatiku tidak tenang. Seminggu pertama setelah dia menjadi teman sebangku ku kami hampir tidak pernah berbicara.  Aku tidak tau kenapa, mungkin karena aku masih terlalu trauma dengan cowok sejak aku putus dari Alex. Oh Alex… aku benar-benar tidak ingin mengingat dia lagi. Dia pacar pertamaku sewaktu SMP yang juga orang pertama yang membuat hatiku sangat terluka. Gara-gara dia sekarang aku benar-benar menjadi trauma dengan cowok. Aku takut hatiku terluka lagi.
Kembali soal Rangga.  ternyata dia tidak butuh waktu lama untuk beradaptasi dengan sekolah ini. Lihat saja enam bulan dia berada di sekolah ini dia sudah menjadi cowok idola seluruh cewek-cewek di sekolah ini. Sejujurnya hal itu wajar saja, karena dia memang memiliki wajah yang tampan, jago basket, pintar. Oh ya dia itu adalah salah satu rival beratku loh. Dan dia juga mudah bergaul dengan orang lain, tapi entah kenapa dengan aku dia yang biasanya mudah bergaul, banyak celoteh selalu diam dan tak banyak bicara.  Aku bingung, namun mungkin semua ini juga karena aku yang belum bisa membuka hati dan masih bersikap angkuh dengan makhluk yang bernama ‘ cowok’ itu.
Tapi sejujurnya, dari hatiku yang terdalam aku juga ingin dia bersikap baik padaku. Akrab padaku seperti dia akrab dengan orang lain. Enam bulan setelah dia masuk dalam kehidupanku, menjadi teman sebanguku kini aku pun menyadari bahwa sesungguhnya aku benar-benar menyukai dia.  Dan aku ingin menjadi seseorang yang spesial di hatinya. Tapi, apakah itu mungkin?. Bahkan selama ini aku tidak pernah berbicara banyak dengan nya.
Besok adalah waktu penerimaan rapor. Aku ingin tau apakah aku masih duduk di rangking satu tahun ini?. Atau jangan-jangan aku malah sudah di geser rival beratku. Rangga….
***
“Hm… selamat ya Cha. Lo emang temen kita yang paling pinter.” Dini dan Sita bergantian menyalamiku.
“Thanks ya..” ujarku.
“ Selamat ya Cha. Ternyata lo tu pinter banget. Gak nyangka gue meskipun pendiam ternyata otak lo encer banget. Congrats ya…” ujar Rangga yang tiba-tiba datang dan mengucapkan selamat. Dia mengulurkan tangan nya ke arahku.
“ Sejak kapan ya ni cowok pake lo gue an segala?” pikirku sambil menatap nya. Aku rasa dia pasti risih dengan tatapanku dan sebelum dia menarik tangan nya kembali aku bergegas menyambut uluran tangan nya.
“ Selamat juga ya. Ternyata enam bulan lo di sekolah ini lo udah berhasill menjadi rival berat gue. Gak nyangka juga gue, ternyata orang yang heboh dan banyak bicara kayak lo pintar juga.” ujarku membalas ucapan selamatnya.
Ekspresi wajah Rangga terlihat surprised  tapi terlihat ada rona yang berbeda di wajahnya. Entahlah aku tidak tau itu apa, yang jelas ini awal yang bagus untuk hubungan ku dengannya.
***
“ Baiklah anak-anak, sebelumnya ibu ucapkan selamat bagi peringkat kelas kita tahun ini. Dan Acha sepertinya kamu tetap bertahan ya. Selamat…” ujar Bu Lastri membuka pembicaraan. Aku mengangguk.
“ Dan sesuai kesepakatan kita  awal semester lalu, liburan kali ini kita akan mengadakan Camping.” Ujar Bu Lastri yang disambut sorak-sorai anak anak sekelas.
“Tenang..tenang anak-anak.”Bu Lastri berusaha menenangkan kelas yang sudah mulai gaduh.
“ Karena rencana nya Camping kita ini akan diadakan tiga hari jadi silahkan bawa peralatannya yang dirasa perlu dan jangan lupa besok kita kumpul di sekolah jam setengah delapan tepat. Dan ingat tidak ada yang terlambat.”
“ Nah sekarang silahkan pulang ke rumah masing-masing. Selamat siang!” ujar Bu Lastri sambil berjalan meninggalkan kelas.
“ Siang buk…” jawab kami serempak dan kelas pun mulai gaduh lagi.
Aku berjalan meninggalkan kelas di ikuti Dini dan Sita.
“ Cha… lo pergi kan Camping kali ini?” tanya Dini begitu kami sampai di kantin mang Udin.
Aku mengangkat bahu.
“ Masak sih sang juara kelas kita nggak pergi. Kan nggak seru kalo nggak ada lo.” ujar Sita.
“Iya, nggak ada lo nggak rame cha. Dan siapa tau aja lo ama Rangga jadi deket githu…” Dini mengiyakan.
“ Maksud lo?”
“ Udah nggak usah boong deh. Kami tau kok kalo sebenernya lo tu suka kan ama Rangga. Ya nggak Sit?”
Sita mengangguk. “ Lo tu sebenernya suka kan ma Rangga. Lo tu cinta ama dia,, ya kan?”
Aku tak menjawab. Ada yang bergemuruh dalam dada ku.
“ Apaan sih kalian. Udah ah makan mie nya. Ntar keburu dingin lagi.” ujar ku berkilah.
“ Tapi lo jadi kan ikutan Camping, atau apa perlu gue nyuruh Rangga buat ngajak lo?” tanya Dini.
“ Iya..iya. bawel banget sih kalian. Udah ah makan!!” ujarku sambil melahap bakso mang Udin yang tadi kami pesan.
Deg…deg…deg. Jantungku berdetak tak karuan.
***
“ Baiklah anak-anak setelah ini silahkan naik busnya. Barang-barangnya jangan sampai ada yang ketinggalan ya!” begitu kata Bu Lastri saat memberikan pengarahan pada kami sebelum berangkat.
“ Baik buk..” jawab kami serempak. Segera setelah itu kami mengambil barang masing-masing dan menuju bus yang akan membawa kami ke lokasi perkemahan.
“ Cha.. kamu duduk di mana?” tanya Dini.
“ Nggaktau ah…” jawabku sekena nya.
“ Ya udah kalo gitu kita duduk di sini aja yuk. Aku sama Dini di sini kamu di depan kami ya…” ujar Sita.
“ Trus aku sama siapa donk? Masak sih aku sendirian mulu…” protesku.
“ Udah kamu tenang aja, pasti ada deh nanti yang nemenin kamu.” ujar Dini.
“ Lagian nggak mungkin kan bangku tu kosong, jadi yang sabar ajha.” Sambung Sita.
“ Hah terserahlah.” Ujarku. Kemudian aku duduk sembari mengalihkan pandangan ku ke jendela.
“ Baiklah anak-anak sebelum berangkat ada baiknya kita bero’a dulu. Berdo’a mulai…” bu Lastri memimpin kami untuk berdo’a.
“ Berdo’a selesai”. Seiring dengan itu mesin bus segera dinyalakan dan bus siap untuk berangkat.
“ Loh Rangga mana?” tanya Bu Lastri setelah selesai mencek murid murid yang hadir.
Semua orang yang ada di Bus celingak-celinguk begitu pun aku. Ternyata Rangga memang tidak ada. Jangan jangan dia nggak pergi.
“ Acha, kamu tau Rangga di mana?” tanya Bu Lastri.
Aku menggeleng. Lagi pula Bu Lastri ini gimana sih. Mana aku tau Rangga ada dimana, lagian dia kan bukan siapa-siapa nya aku.
“ Ya sudah mungkin Rangga tidak bisa pergi acara kita ini. Ya sudah pak, jalan!!” ujar Bu Lastri. Saat Bu Lastri mengucapkan hal itu serasa ada yang hilang dari hatiku.
“Hmh..” aku menghembuskan nafas pelan. Entah kenapa terasa berat sekali.  Ku layangkan pandanganku kea rah jendela. “ Rangga..Rangga kamu dimana sih sebenarnya?. Kenapa nggak ikut?” hatiku bertanya-tanya.
“ Stop…stop pak!” sayup aku mendengar suara orang menghentikan bus. Bus berhenti dan kudengar ada langkah kaki seseorang naik ke atas bus.
“ Maaf, boleh duduk disini?” ku dengar seseorang meminta izin untuk duduk di sebelahku. Spontan aku menoleh ke sumber suara itu.
“Rangga?” ujar ku kaget.
“ Hai Cha. Gue boleh duduk di sini nggak?” tanya Rangga.
  Ya boleh lah. Dan gak usah minta izin juga kali. Ini kan bukan bus milik gue. Lagi pula kalo lo nggak duduk di sini mau duduk dimana?” jawabku asal.
Rangga tersenyum. “ Kalo gue nggak minta izin gue mah takut ama lo.” ujar nya sambil duduk di sebelahku.
“ Ye..emang lo pikir gue macan gitu?. Sejenis binatang buas gitu?” tanya ku.
“ Kali.” jawabnya.
“Habisnya lo diam diam aja sih. gue kan jadi takut, jangan jangan lo itu macan jadi-jadian. Auummm….” ujar Rangga sambil  berlagak bak macan yang siap menangkap mangsanya.
“ Ah…asem lo.” ujarku sambil memukul lengan nya.
Dia tertawa, dan aku pun ikut tertawa. Ternyata dia itu orang nya asyik juga di ajak ngobrol.
“ Cha..” panggilnya. Aku menoleh pada nya.
” Apa?” tanya ku.
“Ternyata lo itu orang nya asyik juga ya di ajak ngobrol” ujar nya.
“ Baru tau?” tanyaku. Dia mengangguk kemudian dia mengalihkan pandangan nya menatap lurus ke depan. Aku pun mengalihkan pandanganku menatap jalan yang kami lewati dari balik jendela.
“ Hmh…ternyata susah juga ya memulai pembicaraaan.” Pikir ku. Aku masih ingin bicara dengan nya tapi aku tidak tau harus membicarakan apa. Dan pembicaraan kami terhenti sampai di situ. Hening.
Bus melaju kencang, dan hening masih  menyelimuti kami. Dari sudut mata ku kulihat ia terus menatapku. Perasaan ku mulai dag dig dug tak karuan. Apa ada yang aneh ya di wajahku?. Atau ini hanya perasaan ku saja. Aku menoleh padanya, dan dia mengalihkan pandangan nya dariku.
“ Ah kenapa sih?” pikir ku.
Aku kembali mengamati jalan lewat jendela. Tapi aku menjadi risih saat lagi-lagi dia menatapku.
“ Kenapa?” tanya ku.
Dia menggeleng. “ Gak kenapa napa kok” ujar nya sambil tersenyum.
“ Ah benar benar aneh” ujarku dalam hati.
Tiga puluh menit kemudian bus berhenti. Ternyata kami sudah sampai di lokasi perkemahan.
“ Nah..anak anak setelah ini silahkan turun, bawa barang-barang nya dan lansung dirikan tenda nya ya.” ujar Bu Lastri memberikan pengarahan.
“ Baik buk…” ujar kami. Dan kami pun segera turun dari bus dengan membawa barang masing masing.
“ Akhirnya..” pikir ku.
“ Akhirnya aku terbebas dari suasana tak menyenangkan di dalam bus. Tapi ada apa ya dengan Rangga?. apa ada sesuatu yang aneh dengan ku?” aku bertany-tanya dalam hati.
“ Hei..” Dini dan Sita menyapaku.
“ Wah indah nya…” ujar Dini. Aku memperhatikan lokasi perkemahan kami. Ternyata memang betul betul indah.
“ Ya udah yuk.” Ajak ku. Kemudian setelah meletakkan barang bawaan kami. Segera saja kami mendirikan tenda.
“ fyuh…capek nya.” ujarku  sembari membaringkan tubuhku di dalam tenda.
“ Sama. Aku juga capek” ujar Dini sambil ikut-ikutan membaringkan tubuhnya di sampingku.
Karena kami berdua sudah rebahan akhirnya Sita pun ikut membarngkan tubuhnya.
Baru beberapa menit kami rebahan, terdengar bunyi peluit yang di tiup. Sepertinya itu Bu Lastri yang menyuruh kami agar segera berkumpul.
“ Baiklah anak-anak setelah ini kalian boleh istirahat atau lihat lihat daerah sekitar perkemahan kita. Tapi ingat jangan jauh-jauh ya.” ujar Bu Lastri.
“ Baik Buk..” jawab kami seraya membubarkan diri. Sebagian anak- anak ada yang memilih pergi melihat lihat pemandangan sekitar. Tapi aku, Dini, dan Sita lebih memilih kembali ke tenda untuk istirahat.
Baru sebentar aku terlelap, tiba-tiba bayangan wajah Rangga mengusik ku. Ia dengan senyum nya terus terbayang dalam benak ku. Aku menjadi tidak bisa tidur. Aku bangun, duduk dan ketika melihat ke dua teman ku ternyata mereka sudah tertidur dan kelihatan nya lelap sekali. Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan-jalan ke luar.
Saat aku sedang berjalan jalan menkmati indah nya pemandangan alam perkemahan, sayup sayup aku mendengar suara seseorang sedang bernyanyi di iringi petikan suara gitar. Suaranya sangat merdu, “ Siapa ya?” pikirku sambil berjalan menuju sumber suara.
Semakin mendekati sumber suara, suara itu terdengar semakin jelas. Aku semakin penasaran melihat siapa kira kira orang yang sedang bernyanyi itu.
“ Rangga?” ujarku pelan.
Ternyata suara yang ku dengar itu adalah suara Rangga. Aku melihatnya sedang duduk di bawah pohon di seberang sungai sambil bernyanyi di iringi petikan suara gitar yang ia mainkan sendiri.
Entah perasaan apa ini, tapi aku ingin sekali berada di dekatnya dan mendengar nya bernyanyi. Kaki ku tiba-tiba terdorong untuk berjalan ke arahnya, meskipun harus melewati jembatan gantung yang sama sekali tak ada peganngan nya itu tapi aku tak peduli. Aku benar-benar ingin berada di dekatnya dan mendengarnya bernyanyi.
Dengan takut-takut aku melangkah berjalan di atas jembatan gantung itu.  Semakin aku dekat dengan nya suara nya semakin terdengar merdu. “ Oh Tuhan suara nya benar-benar indah..” pujiku dalam hati. Rangga terus bernyanyi dan rupanya ia tak menyadari kehadiranku. Rangga bernyanyi dengan penuh penghayatan, membuat aku terlena dengan keindahan suara nya sampai sampai aku tidak menyadari bahwa aku menginjak papan yang sudah rapuh. Dan akhirnya…
“Tolong…tolong,” teriak ku panik. Aku terjatuh dari jembatan dan terbawa arus sungai.
“Tolong!!” aku berteriak lagi. Tubuhku kaku tak bisa digerakkan, arus sungai yang lumayan deras membuatku semakin tak berdaya.
“ Tolong!!” aku berteriak sekuat tenaga berharap ada yang mendengarku dan kemudian menolongku.
“ Tolong…Rangga!!” aku kembali berteriak sekuat tenaga sambil menyebut nama Rangga. Tapi rupanya dia tak mendengarku, aku pasrah. Aku membiarkan tubuhku hanyut di bawa arus sungai. Aku sudah tak mampu berteriak minta tolong lagi, aku hanya bisa pasrah sampai akhirnya aku tak sadarkan diri.
***
“ Acha? Itu kan suara Acha. Dia minta tolong, jangan jangan…” Rangga tersentak , ia meletakkan gitarnya dan bergegas ke jembatan.
“ Acha..” teriak nya panic saat melihat sesosok tubuh terapung hanyut di bawa arus sungai. Ia yakin sekali itu Acha. Dan tanpa buang waktu lagi ia segera terjun ke sungai dan berusaha menyelamatkan Acha.
“ Cha tunggu aku.” Ujar nya dalam hati. Ia berusaha berenang sekuat tenaga, tapi arus sungai yang deras membuatnya sulit untuk berenang.
“ Acha…” panggilnya. Tapi sesosok tubuh itu diam saja, Rangga semakin panik dan dengan sekuat tenaga ia berusaha menjangkau tubuh Acha yang sudah semakin dekat dengan nya.
“Cha Acha. Bangun” ujar Dini sampil menepuk pipi Acha.
“ Dini..Sita? “ ujar Acha.
“ Acha..akhirnya lo sadar juga” ujar Sita sambil memeluk nya.
“ Gue kenapa?” tanya Acha.
“ Lo nggak inget cha?. Tadi kan lo tu hampir tenggelam. Untung aja ada Rangga yang nyelamatin lo. Kalo nggak gue nggak tau deh sekarang lo kayak gimana.” jawab Dini.
“ Rangga?”
***
Buku harian Rangga
Waktu itu aku benar-benar hampir kehilangan dia. Terlambat sedikit saja aku benar-benar akan kehilangan dia. Aku benar-benar takut. Saat itu aku benar-benar takut. Aku tidak pernah membayangkan bagaimana jadinya kalau saat itu aku benar-benar kehilangan dia. Aku tidak bisa. Aku benar-benar tidak sanggup untuk kehilangan dia.
Peristiwa itu membuat ku sadar, aku tidak bisa kehilangan dia. Aku mencintai dia. Acha…
***
Beberapa hari setelah kemping usai. Setelah kejadian yang hampir merenggut nyawaku itu aku merasa sudah baikan. Aku berhutang budi banyak sama Rangga.
Hari ini, pertama sekolah dan aku harus mengucapkan terimakasih pada nya. Harus.
Sesampai di sekolah aku melihat Rangga sudah duduk di tempat duduknya. “Tumben…” pikirku. Aku menuju tempat duduk ku di sebelahnya.
Dia menatapku, dan membuat aku merasa aneh karena tatapan nya itu.
“ Kenapa?” tanya ku.
Dia menggeleng.
“ By the way. Thanks ya!” ujarku.
“ Buat apa?” tanya nya.
“ Ya buat jasa kamu udah nyelamatin aku waktu itu. Makasih ya.” Ujar ku.
“ Oh itu. Makanya lain kali kamu harus hati-hati.” Ujar nya sambil berdiri dan berjalan keluar kelas mennggalkan aku yang bengong sendiri.
Sikapnya itu benar-benar aneh. Aku menjadi tidak enak hati dengan nya.
Sejak saat itu skap Rangga benar-benar aneh dan semakin aneh. Dia terus terusan menatapku tapi saat aku menoleh padanya dia selalu mengalihkan pandangannnya ke arah yang lain. Sikap nya itu benar-benar membuat aku menjadi risih.
***
Malam bertabur bintang.
Aku berbaring  di atas rumput di halaman belakang rumah Sita bersama dua teman ku itu.  Malam ini langit bertabur bintang, sangat indah.
Aku menatap langit tanpa henti sambil terus mengagumi keindahan nya.
“Cha..jujur deh sebener nya kamu suka kan sama Rangga?.  Dari mata mu kami bisa tau kalau sebenarnya kamu suka dia kan?” tanya Sita.
Aku menoleh padanya, kemudian kembal menatap langit.
“Ayo lah Cha.. kalau kamu masih nganggap kami ini sahabat mu jangan bohong. Cerita sama kami. Gak ada rahasia di antara sahabat...” desak Dini.
Aku mendesah pelan, kemudian mengambil nafas dalam.
“Ya..” ujar ku lirih. Akhir nya kata itu keluar juga dari mulut ku.
“ Yess..” seru Dini dan Sita berbarengan.
Aku menutup mata, membayangkan pertemuan pertama ku dengan Rangga dan bayangan peristiwa-peristiwa yang terjadi antara aku dan Rangga berkelebat di benak ku, termasuk peristiwa yang hampir saja merenggut nyawaku.
***
“ Yuk Din..” ujar Sita sambil menyikut lengan Dini. Dini mengangguk dan dengan hati-hati mereka meninggalkan Acha yang masih sibuk dengan pikiran nya.
“ Din Sit..kalian bilang kan tidak ada rahasia di antara sahabat jadi aku akan jujur sama kalian. Aku akan cerita semua, tapi jangan bilang pada siapapun apalagi pada Rangga.” Ujar Acha masih sambil dengan menutup mata nya.
“ Sebenar nya aku sudah suka sama Rangga sejak pertama kali melihat nya. kalian tau senyum nya tu benar-benar seperti malaikat. Itu yang bikin aku suka dengannya.” aku Acha.
“ Benarkah?” terdengar suara seorang lelaki.
Acha membuka mata nya.
“ Rangga?” ujar nya terkejut. Ia duduk.
“ Kamu... kamu kok bisa ada di sini?” tanya Acha gelagapan.
“ Mana Dini sama Sita?” tanya Acha.
Rangga tidak menjawab. Ia tersenyum penuh arti.
“Jadi, yang mendengar ocehan ku tadi....” Acha tergagap.
Rangga tersenyum, kemudian ia mengeluarkan sebuah kue berbentuk love dengan lilin di atas nya yang sedari tadi ia sembunyikan di balik punggung nya.
“ Will you be my princess?” tanya Rangga sambil menyerahkan kue itu pada Acha.
“ Apa maksud nya ini?” tanya Acha. Ia melihat kue itu dan di atas nya ada lilin berbentuk angka 16 dan tulisan ‘Happy birthday to you...
“ Happy.. birthday??” tanya Acha heran saat membaca tulisan itu.
Lagi-lagi Rangga tersenyum.
“ Kamu tidak ingat?. Hari ini kan hari ulang tahun kamu.” Ujar Rangga.
“ Dan hari ini aku juga ingin mengatakan suatu hal yang penting....” tambah nya.
Acha mengangkat alis nya. Ia sudah bisa menebak apa yang akan Rangga katakan. Ia sudah mendengar nya tadi, tapi ia ingin mendengar nya sekali lagi.
“ Aku sebenar nya sudah lama jatuh cinta sama kamu. Saat pertama kali kita ketemu aku juga sudah suka sama kamu. Dan selama ini aku tidak pernah bisa mengatakan nya. Saat kamu hanyut di sungai dan tak sadarkan diri aku sangat panik dan aku sadar bahwa aku tidak bisa kehilangan kamu. Dini dan Sita tau hal ini, mereka memaksaku mengaku bahwa sebenar nya aku cinta sama kamu. Mereka juga yang menyusun rencana ini agar aku bisa nembak kamu. Awal nya aku ragu, tapi saat mendengar pengakuan mu tadi...” Rangga terdiam sejenak. Ia meraih tangan Acha dan meletakkan nya di atas dada nya.
“ Will you be my princess?” tanya Rangga.
Acha diam. Hati nya berkecamuk dan jantung nya berdegup sangat kencang.
“ Sepertinya aku tidak perlu menjawab nya karena kamu sudah dengar pengakuan ku tadi..” ucap Acha malu-malu.
“ Jadi?”
Acha mengangguk.
“ Kalau begitu aku akan menyanyikan sebuah lagu yang aku ciptakan khusus untuk mu..” ujar Rangga sambil mengambil gitarnya. Kemudian ia menyanyikan sebuah lagu untuk Acha.
Malam bertabur bintang yang indah...
Acha:
Akhirnya aku jadian dengan Rangga. Malam bertabur bintang yang indah. Terimakasih untuk Dini dan Sita, karena kalian akhirnya aku bisa jadian dengan Rangga. Kalian sahabat ku yang terbaik. I Love you Rangga...
Rangga:
Akhirnya aku bsa jadian dengan Acha. Dan aku janji akan selalu menjaga nya. Aku akan mencintai nya sepenuh hati dan tak akan pernah membuat nya menangis dan terluka. I love you my princes...
Payakumbuh, 16 April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar