Laman

Jumat, 09 Desember 2011

Sakura Drops..


Sakura Drops..
By: Hye Mi
Gadis itu menatap lurus ke depan, menatap sebuah  rumah megah yang berada di dekat taman bunga. Masih dengan tatapan mata yang sama, tatapan mata yang menyiratkan kepedihan dan kesedihan yang mendalam. Gadis itu tersenyum getir, namun senyumnya seolah mengoyak hatiku. Bukan senyum kebahagiaan, tapi kepedihan nan amat dalam.
Sudah seminggu ini sejak aku pindah ke apartement baru milik aunt Jessie aku selalu melihat gadis bermata sayu itu. Setiap sore ia selalu menatap rumah itu. Dengan tatapan mata yang sama, dan senyum yang sama. Sampai matahari benar-benar tenggelam dan langit menjadi gelap, ia pergi. Pergi bersama hembusan angin, meninggalkan kelopak-kelopak bunga sakura yang jatuh di musim ini.
“ Keiko chan… apa yang kau lakukan di sini?” tanya Aunt Jessie.
Aku menggeleng. “ Tidak ada aunt..” ujarku.
“ Ya sudah. Tutup jendela nya Keiko chan. Ini begitu dingin di sini..” ujar aunt Jessie sambil menggosok-gosok kedua telapak tangan nya. Aku mengangguk dan sebelum menutup jendela, aku menatap ke tempat gadis itu berdiri. Ah.. ternyata ia sudah pergi. Sama seperti sebelumnya ia benar-benar pergi tanpa jejak, menghilang bersama hembusan angin malam kota Tokyo.
“ Siapa gadis itu?” pikirku. Sudah seminggu ini aku mengamatinya. Aku benar-benar penasaran dengan gadis itu. Siapa dia, apa dia tinggal di apartement ini juga?
Tokyo, keesokan harinya.
Aku sengaja turun dari apartement dan duduk tak jauh dari tempat gadis itu berdiri. Setengah jam sebelum gadis itu biasa muncul aku sudah bersiap-siap di sini. Rasa penasaranku terhadapnya benar-benar sudah menguasai pikiranku.
Setengah jam kemudian, entah dari mana gadis itu sudah berdiri di tempat ia biasa berdiri. Aku hanya melepas tatapanku dari tempat itu sepersekian detik, dan sekarang gadis itu sudah berdiri di sana. Menatap rumah mewah yang berada di samping taman bunga itu, masih dengan tatapan mata yang sama.
Aku menatap gadis itu lekat-lekat, aku kira umurnya tak jauh beda dariku. Rambutnya panjang melambai-lambai ditiup angin sore kota Tokyo. Tapi pakaiannya kumuh, seperti tak pernah di ganti dan ia juga tidak memakai alas kaki.
Angin kota Tokyo kembali bertiup sepoi, tapi angin ini membuat  bulu kuduk ku meremang.
“ Aneh..” ujarku. Perasaan ku makin tak enak berada di sini. Aku ingin pergi, tapi apakah sebaiknya aku menyapa gadis itu dulu.
“ Hi..Aku Keiko. Aku baru pindah ke daerah ini seminggu yang lalu.kamu siapa?” tanyaku.
Gadis itu menoleh, dari matanya aku dapat melihat keterkejutan yang sangat. Ia tidak menjawab pertanyaanku, tapi ia hanya menatapku. Tatapan mata yang penuh dengan ketakutan, ia seolah-olah berteriak dalam diam. Dan mata itu benar-benar membuat perasaanku tidak baik.
“ Jangan menatapku seperti itu..” ujarku. Aku tak percaya aku mengatakan nya. Dari mata gadis itu aku tau dia sangat terkejut mendengar ucapanku.
“ apa yang kau lakukan di sini?” ujarku lagi. Kali ini mulutku benar-benar tak bisa berhenti bicara.
“ Sudah seminggu ini aku mengamati mu. Kau selalu menatap rumah mewah itu. Ada orang yang kau cari?” tanya ku.
Ia tak menjawab, namun hanya menggeleng lemah. Ia menunduk, dan itu membuat ku merasa tak enak hati dengannya.
“ Ah..gomenne.” ujarku.
“ Maaf akau tak bermaksud mencampuri urusan pribadimu. Hanya saja aku merasa penasaran dengan apa yang kau lakukan seminggu ini. Kau selalu menatap rumah itu dari sore hingga matahari tenggelam. Lalu pergi tanpa jejak.”
Gadis itu menatapku, ia membuka mulutnya seperti hendak mengatakan sesuatu. Namun ia menutupnya lagi. Hanya tatapan matanya itu yang menatap wajahku lekat-lekat.
“ Sudah ku bilang jangan tatap aku seperti itu. Aku tidak suka dengan tatapan matamu yang seperti itu. Kau membuatku takut.” ujarku sambil tertawa.
“oh ya.. jangan khawatir. Aku bukan cewek stalker. Jadi kau tidak perlu cemas, aku tidak akan membuntutimu meskipun aku sebenarnya sangat penasaran dengan mu. Berteman?” ujar ku sambil mengacungkan jari kelingking ku.
Gadis itu tak bereaksi, ia hanya diam.
“ Ah..sudahlah. aku tau sangat aneh bagimu hal ini. Kau mungkin tak akan percaya begitu saja padaku.  Kalau begitu aku pergi dulu. Hati-hati di sini” ujar ku sambil tersenyum. Aku pergi, dari tadi sepertinya aku hanya bicara sendiri. Aku bertanya-tanya apakah kedatanganku ini membuatnya takut?. “Ah..aku kan bukan mafia…” lirihku sambil melangkah menjauhi tempat itu.
“Watashi wa Kaoru desu..” ujarnya.
Aku menoleh, ku lihat gadis itu berlari kecil ke arahku.
“ Gomen…” ujarnya lagi. “ Kau tidak takut padaku?” tanya nya. Benar-benar pertanyaan yang aneh. Aku menggeleng.
“ Teman?” ujar nya sambil mengacungkan jari kelingkingnya. Aku tersenyum dan mengaitkan kelingkingku dengan kelingkingnya.
Kemudian hari demi hari aku menemaninya mengamati rumah itu. Ia tak pernah berkata apa-apa padaku selain pada saat ia berpamitan dan kemudian ia pergi begitu saja. Bersama hembusan angin ia menghilang, dan ini benar-benar menggangu pikiranku.
“ Kaoru chan..” panggilku. Ia menoleh.
“ Sebenarnya apa yang kau lakukan. Setiap hari kau hanya mengamati rumah itu, dan menatapnya tak berkedip seolah-olah kau sedang berada di duniamu sendiri. Aku jadi merasa kau tidak mempedulikan kehadiranku di sini..” ujarku.
Ia tersentak, kemudian berjalan menghampiriku.
“ Gomenne Keiko chan..” ujarnya kemudian ia duduk di sampingku.
“ Keiko chan menurut mu keluarga itu apa?” tanya nya.
“ Hah?” ujar ku. ‘ Benar-benar pertanyaan aneh..’ pikirku.
“ Keiko chan apakah menurutmu setiap orang tua itu sayang pada anaknya?” tanya Kaoru lagi.
“ Tentu saja. Tidak ada orang tua yang tidak sayang pada anaknya.” Jawabku yakin.
“ Meskipuna anaknya itu memiliki banyak kekurangan dan  tidak bisa dibanggakan?” tanya Kaoru lagi.
“ Tentu saja Kaoru chan. Kau tau pasangan yang tinggal di rumah megah itu?” tanyaku sambil menunjuk rumah megah yang biasa ditatap Kaouru. Kaouru mengangguk, ia menatapku seolah-olah meminta penjelasan.
“ Kau tau Kaouru, mereka itu sangat menyayangi anak mereka meskipun mereka sekarang tidak tau dimana anak mereka itu berada. Kau tau?. Aku dengar anak mereka itu memiliki keterbatasan. Dia itu tidak bisa berbicara dan selalu betingkah aneh. Tapi kau bisa lihat mereka sangat sedih karena kehilangan anaknya, itu karena ia sangat menyayangi anaknya.” Ku lihat ada embun di mata Kaoru da tak ayal lagi perlahan embun itu menetes.
“ Kau kenapa Kaoru?” tanya ku.
Ia menggeleng. “ Suatu hari nanti maukah kau menolongku?” tanya nya.
“ Tentu saja…” ujarku sambil merebahkan diri di rumput, menatap langit yang sinar kemerahannnya perlahan menghilang.
“ Selamat tinggal. “ desah Kaoru.
“ Jangan lupa janjimu..” lirihnya lagi.
Aku menganguk dengan mataku masih terpana melihat langit.
“ Eh..kau sudah mau pulang?” tanyaku sambil menoleh ke sebelahku.
“Kaoru?” gadis itu sudah pergi. Dan seperti biasa ia pergi bersama angin meninggalkan   kelopak bunga Sakura di tempat ia duduk sebelumnya.
“ Aku rasa ada yang aneh dengan nya. Mungkin aku hanya paranoid, tapi kenapa ia selalu datang dan pergi secepat itu?. Seperti… Ghost?” aku menggeleng kuat-kuat. Mana mugkin Kaoru, seorang gadis yang kini bertean denganku adalah hantu. Impossible.
“ Gimanapun Kaoru aku senang berteman denganmu..” teriak ku. ^_^
Setelah hari itu, aku tidak melihat Kaouru lagi. Gadis bermata sayu itu tak pernah muncul lagi dihadapanku.
Aku melihat kalender di atas meja belajarku, hari ini tepat 40 hari sejak aku bertemu Kaoru. Tapi sudah seminggu ini aku tidak melihatnya, kemana gadis itu?. Apa ia sudah bosan menatap rumah megah itu?
Lagu Utada Hikaru ‘ Sakura drops’ yang menjadi ringtone panggilan masuk ku terdengar mengalun merdu.
“Moshi-moshi.. Oh aunt Jessi? Ada apa?”
“ Oh..Keiko chan. Hari ini aunt tidak bisa pulang. Ada urusan  pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Hati-hati di rumah ya. Jangan lupa kunci pintu.” Ujar aunt Jessie.
“ Okay aunt..” jawabku. Dan klik sambungan telepon pun mati.
Aku duduk di jendela apartement, biasanya sore seperti ini Kaoru sudah ada di depan rumah megah itu dan menatapnya seakan ingin mengatakan sesuatu.
“ Kaoru?” aku terkejut sambil mengucek-ngucek ke dua mataku.
“ Kaoru chan??” pekik ku. Aku segera berlari ke luar apartement menuju ke tempat Kaoru berdiri.
“ Kaoru chan?. Ah..senang sekali bertemu dengan mu lagi. Aku pikir aku tidak akan bertemu kamu lagi.” Ujarku sambil mengatur nafas.
“ Keiko chan?” ujarnya. Ia tersenyum, sebutir air mata mengalir di pipinya.
“ Senang bisa melihatmu Keiko chan..” ujarnya sambil memelukku erat.
“ Kemana saja kau selama ini Kaoru chan?. Kau tau aku sangat rindu denganmu?”  ujarku setelah ia melepasan pelukannya. Ada yang aneh dengan dirinya. Tubuhnya begitu dingin, apa dia sakit?
“ Aku juga Keiko-chan.” lirihnya kemudian ia menarik ku duduk di dekatnya.
“ Keiko chan dulu kau pernah berjanji untuk membantuku kan? Bolehkah aku menagih janji mu sekarang?”  tanya Kaoru penuh harap.
“ Tentu saja Kaoru chan. Apa yang bisa aku lakukan untukmu?”
Kaoru tak menjawab. Aku mendengarnya menghela nafas panjang.Ia merebahkan tubuhnya dan matanya menatap lurus kea rah langit.
“ Jika seandainya aku pergi sekarang, pasti aku akan sangat kesepian.” Lirihnya. Aku diam saja, aku sama sekali tak mengerti arah pembicaraannya.
“ Tapi aku sangat senang karena telah mengenalmu Keiko chan. Kau meyakinkan aku bahwa aku memiliki keluarga yang sangat menyayangiku.” Ia kembali menghela nafas panjang.
“Keiko chan, kau tau pasangan suami istri yang tinggal di rumah itu?” tanya Kaoru sambil menunjuk ke arah rumah yang ia pandangi setiap sore.
“ Kobayashi-san dan Ane-san?” aku balas bertanya.
Ia mengangguk pelan kemudian mengeluarkan secarik kertas lusuh dari saku bajunya. “ Tolong berikan kertas ini pada mereka Keiko chan.” Ujarnya. Matanya menerawang, entah apa yang sedang di pikirannya.
“ Kau tau Keiko-chan  aku sangat menyukaimu seperti aku menyukai bunga sakura. Hmh.. gomenne Keiko-chan mungkin hanya itu yang bisa aku katakan.”
“ Terimakasih atas semuanya Keiko chan. Selamat tinggal.” Lirih nya.
“ Hah??” aku tersentak. Menoleh ke pada Kaoru yang kini telah menghilang dengan meninggalkan kelopak-kelopak bunga Sakura.
“ Kau tau Kaoru chan, aku juga menyukai bunga Sakura. Sama seperti aku menyukaimu Kaoru-chan.”
Keesokan harinya, sesuai permintaan Kaoru aku memberikan suratnya  kepada Kobayashi-san dan Ane-san.
“ Surat Kaoru?”  tanya Kobayashi san. Tampak jelas keterkejutan di matanya. 
“ Keiko-san kau benar-benar bertemu Kaoru? Katakan padaku Keiko-san dimana dia sekarang? Dimana Kaoru Keiko-san?”  ujar Ane-san berurai air mata.
“ Gomenne Ane-san. Kau mengenal Kaoru dengan baik?” tanyaku. Rasanya ada yang tak beres dengan semua kejadian akhir-akhir ini.
“ Tentu saja. Kaoru adalah putri  semata wayangku.”
“ Putrinya Ane-san?” tanyaku.
Semua ini makin menjadi misteri bagiku. Yang aku kenal anaknya Kobayashi-san dan Ane-san itu deafmute dan sering bertingkah aneh. Namun Kaouru yang aku kenal bukanlah seorang yang deafmute apalagi bertingkah aneh. Kaoru temanku tidak mungkin adalah Kaoru yang dimaksudkan Ane-san.
“ Keiko-san kenapa kau diam saja? Dimana Kaoru?” desak Ane-san.
Aku menggeleng. “ Gomenne Ane-san aku hanya disuruh seseorang memberikan surat ini pada kalian. Aku benar-benar tidak tau dimana Kaoru.” Ujarku.
“ Permisi Ane-san Kobayashi-san.” pamitku sambil berlalu meninggalkan rumah nan mewah itu. Beribu tanya berputar di kepalaku. “ Ah..benar-benar gila. Aku sungguh tidak mengerti apa yang terjadi di sini”.
“ Keiko chan..”
Aku merasa suara Kaoru memanggilku. Aku menatap sekeliling mencari sumber suara itu. Tapi aku tidak melihat siapapun.
“ Arigatou Keiko-chan. Sekarang aku sudah sangat senang karena apa yang aku inginkan telah tercapai. Arigatou. Sekarang saatnya kau pulang Keiko-chan. Terima kasih untuk semuanya. Sayonara. Sampai bertemu di tempat lain.”
“ Kaoru-chan?” lirihku.
“ Kau dimana Kaoru-chan?. Jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi. Kau dimana?” teriak ku. Namun tak ada jawaban, hanya kelopak bunga sakura yang bertebangan seolah jatuh dari langit sana.
“ Aku lelah Kaoru-chan. Aku lelah.” Lirihku dan perlahan cahaya putih menyelimutiku membawa semua kesadaranku bersama nya.
***

“ Dokter, gadis ini sudah tidak bernafas lagi. “ ujar seorang wanita.
Dokter muda itu mendekat. Ia memeriksa gadis itu, kemudian menggeleng. “ Dia sudah tenang.” Ujarnya sambil menatap iba wajah pucat itu.
“ Semoga saja gadis yang satunya lagi bisa bertahan..” lirihnya pada dirinya sendiri.
“ Dokter..” seorang pria berpakaian putih tiba-tiba menerobos masuk.
“ Ada kabar bagus dokter. Gadis itu sudah mulai sadar dok. Kau harus segera memeriksanya.” Ujar pria itu.
Dokter muda itu mengangguk dan berjalan menuju ruangan di sebelahnya.
“ Ajaib.  Gadis ini akhirnya menunjukkan tanda-tanda siuman. Cepat hubungi keluarganya. Mereka arus segera tahu berita bagus ini.” ujar dokter muda itu.
Pria yang di sampingnya mengangguk dan bergegas ke luar ruangan.
***
Cahaya..
Di sekelilingku dipenuhi cahaya putih yang sangat menyilaukan. Aku dimana? Kaoru? Dimana dia?. Aunt Jessie, aunt dimana? Aku takut…
“ Keiko-chan..”
Suara itu. “ Aunt Jessie.. aku di sini aunt. Aunt dimana?” ujarku. Namun aku tak bisa bersuara.
“ Keiko chan…Keiko chan..” ku dengar Aunt Jessie kembali memanggil namaku.
“ A..a..unt Jessie..” panggilku. Rasanya sulit sekali untuk mengeluarkan suara.
“ Kau sudah sadar Keiko-chan?” ujar aunt Jessie. Aku membuka mata dan yang pertama kali aku lihat adalah wajah aunt Jessie
“ Syukurlah kau sudah sadar.” Ujar seorang pria berpakaian putih.
“ Kami sebenarnya sudah kehilangan harapan karena selama ini kau tidak pernah menunjukkan tanda-tanda kehidupan sama sekali. Hanya denyut nadimu yang makin melemahlah yang bisa meyakinkan kami bahwa kau masih hidup. Kau sungguh beruntung nona muda. Kami sempat berpikir nasibmu akan sama seperti gadis di ruangan sebelah itu.”ujarnya lagi.
“ Gadis di ruang sebelah?. Sebenarnya apa yang sedang terjadi dokter?. Kenapa saya bisa ada di sini?” tanyaku.
“ Kau mengalami kecelakaan dan koma selama 40 hari nona. Syukurlah akhirnya kau bisa siuman” jawab dokter itu.
“ Koma?” lirihku.
Aku mengaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. “ Kenapa aku bisa koma?” pikirku. Seingatku, 40 hari yang lalu adalah pertama kali aku bertemu dengan Kaoru.
“ Ah.. apa yang terjadi aunt? Kenapa aku bisa koma?” tanya ku.
“ Sudahlah.. tidak usah di ingat lagi Keiko-chan. Aku sangat bersuyukur nasibmu tidak sama dengan gadis di ruangan sebelah. Aku sangat takut kalau kau berakhir seperti gadis malang itu ” ujar Aunt Jessie dan kulihat matanya berkaca-kaca.

“ Apa yang terjadi dengan gadis malang itu aunt?” tanya ku penasaran.
“ Aku tidak tau Keiko-chan. Tapi dokter bilang ia telah koma selama 3 bulan. Dan selama itu ia juga tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan sama sepertimu.  Karena itu dokter disini sempat kehilangan harapan untuk menyembuhkan mu karena kondisimu sama dengan kondisi gadis malang itu. Tapi syukurlah Keiko-chan, syukurlah kau akhirnya sadar.” Jawab Aunt Jessie.
“ Lalu apa yang terjadi dengan gadis itu?” tanyaku lagi.
Aunt Jessie menggeleng. “ Dia tidak tertolong, dia menghembuskan nafas terakhir beberapa saat sebelum kau siuman.”
Deg…. Jantungku berdetak tak karuan. Ada yang aneh, perasaan apa ini?
“ Dokter bolehkah aku melihat gadis itu?” tanya ku. Dokter muda itu mengangguk, kemudian membawaku ke ruangan gadis itu. Perasaanku makin aneh saat memasuki ruangan itu.
“Silahkan..” ujar dokter muda itu. Tanganku bergetar ketika membuka kain penutup wajah gadis malang itu.
“Hah…” aku terperanjak kaget.
“ Ka…Ka..Kaoru-chan” lirihku.
“ Kau mengenalnya Keiko-chan?” tanya Aunt Jessie.
Aku menggeleng, tidak tau apa yang harus aku katakan. Ada apa dengan semua ini? 40 hari yang lalu sewaktu pertama kali mengenal Kaoru-chan ternyata aku sedang terbaring koma di rumah sakit. Lalu, apa semua ini hanya mimpi?.
“ Aunt Jessie..” panggilku.
“ Ada apa Keiko-chan?” ujar Aunt Jessie.
“ Bisakah kita pulang hari ini?” pintaku.
“ Tapi kondisimu belum pulih betul Keiko-chan.” Bantah aunt Jessie.
“ Aku mohon..” pinta ku lagi.
“ Baiklah Keiko-chan. Aku akan coba berbicara dengan dokter untukmu.” Akhirnya Aunt Jessie mengalah.
Satu jam kemudian setelah dokter mengizinkan ku pulang, aunt Jessie segera membereskan kamar untuk ku. 
“ Keiko-chan, apa ini surat milikmu ?” tanya Aunt Jessie sambil memberikan sebuah surat yang sudah  lusuh kepadaku. Aku menerima surat itu dengan hati galau.
“ Ini surat yang sama seperti yang diberikan Kaoru..” lirihku.
Aku membuka amplop surat itu dan menemukan secarik kertas dan beberapa kelopak bunga sakura di dalamnya.
“ Apa maksud semua ini Kaoru?” lirihku.
Aku benar-benar tidak mengerti apa yang telah terjadi selama ini, yang aku tau aku harus memberikan surat ini sesuai pesan Kaoru. Harus…
Seminggu kemudian, kehidupanku berjalan seperti biasanya. Kobayashi-san dan Ane-san sangat sedih menerima surat itu. Aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, tapi aku rasa itu bukan urusanku.
Kaoru.. meskipun aku tidak mengerti apa yang terjadi tapi aku senang bisa mengenalnya.            
Koi wo shite owari wo tsuge
Chikau koto wa: kore ga saigo no Heartbreak
Sakura sae kaze no naka de yurete
Yagate hana wo sakasu yo..
Lagu Utada hikaru “ Sakura drops” mengalun dari handphone  ku.
“ Moshi-moshi…” sapa ku.
“ Okey.. aku pergi sekarang” ujarku sambil bergegas keluar apartement. Yui-chan telah menungguku di sana.
“ Keiko-chan..” teriak Yui-chan. Aku menoleh, namun terlambat. Sebuah mobil berkecepatan tinggi menabrakku. Tubuhku terlempar ke atas, dari sudut mataku aku dapat melihat kelopak bunga sakura berguguran. Sungguh sangat indah.
“ Keiko-chan, arigatou gozaimasu..Sayonara. Sampai jumpa di tempat lain.” Lirih aku mendengar suara Keiko-chan.
“Sayonara Keiko-chan. Sayonara…”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar